h a

h a

Rabu, April 24, 2013

3. Tokoh Wayang Gatot Kaca



Sejarah Singkat Gatotkaca
Raden Gatotkaca putera Raden Wrekiodara yang kedua, ibunya seorang puteri raksasa bernama Dewi Arimbi di Pringgadani.
Waktu dilahirkan Gatotkaca berupa raksasa ; karena sangat saktinya, tidak ada senjata jang dapat memotong tali pusarnya. Kemudian tali pusar itu dapat juga dipotong tetapi sarung senjata Karna jang bernama Kunta, tetapi sarung senjata itu masuk kedalam perut Gatotkaca, dan menambah lagi kesaktiannya.
Dengan kehendak Dewa-Dewa, bayi Gatotkaca itu dimasak sebagai bubur dan diisi dengan segala kesaktian ; karena itu Raden Gatotkaca berurat kawat, bertulang besi, berdarah gala-gala, dapat terbang diawan dan duduk diatas awan jang melintang. Kecepatan Gatotkaca pada waktu terbang diawan sebagai kilat, liar sebagai halilintar.
Kesaktiannya dalam perang, dapat mencabut leher musuhnya dengan digunakan pada saat yang penting.
Gatotkatja diangkat djadi radja di Pringgadani, dan ia disebut kesateria di Pringgadani, karena pemerintahan negara dikuasai oleh keturunan dari pihak perempuan.
Dalam perang Beratajuda Gatotkatja tewas oleh sendjata Kunta Karna jang ditudjukan kepada Gatotkatja, waktu Gatotkatja bersembunji dalam awan. Gatotkatja djatuh dari angkasa mengenai kereta kendaraan Karna hingga hantjur lebur.
Gatotkatja beristerikan saudara misan, bernama Dewi Pregiwa, puteri Raden Ardjuna.
Dalam riwajat, Gatotkatja mati masih sangat muda, hingga sangat disesali oleh sekalian keluarganja.
Gatotkatja bermata telengan (membelalak), hidung dempak, berkumis dan berdjanggut. Berdjamang tiga susun, bersunting waderan, sanggul kadal-menek, bergaruda membelakang, berpraba, berkalung ulur2, bergelang, berpontoh dan berkerontjong, Berkain keradjaan lengkap.
Menurut kata dalang waktu Raden Gatotkatja akan mengawan, diutjapkan seperti berikut:
Tersebutlah, pakaian Raden Gatotkatja jang djuga disebut kesateria di Pringgadani: Berdjamang mas ber-sinar2 tiga susun, bersunting mas berbentuk bunga kenanga dikarangkan berupa surengpati. (Surengpati berarti berani pada adjalnja. Sunting serupa ini djuga dipakai untuk seorang murid waktu menerima ilmu dari gurunja bagi ilmu kematian, untuk lambang bahwa orang jang menerima ilmu itu takkan takut pada kematiannja). Bergelung (sanggul) bentuk supit urang (sepit udang) tersangga oleh praba, berkantjing sanggul mas tua bentuk garuda membelakang dan bertali ulur-ulur bentuk naga terukir, berpontoh nagaradja, bergelang kana (gelang empat segi). Berkain (kampuh) sutera djingga (merah tua), dibatik dengan lukisan seisi hutan, berikat-pinggang tjindai hidjau, bertjelana tjindai biru, berkerontjong suasa bentuk nagaradja, untjal (kain sebai) diberi emas anting.
Ditjeritakan, Raden Gatotkatja waktu akan berdjalan ia berterumpah Padakatjarma, jang berkuasa dapat mengawan tak dengan sajap. Bersongkok Basunanda, walaupun pada waktu panas terik takkan kena panas, bila hudjan tak kena air hudjan. Ditjeritakan Raden Gatotkatja menjingsingkan kain bertaliwanda, ialah kain itu dibelitkan pada badan bagian belakang Raden Gatotkatja segera menepuk bahu dan menolakkanlah kakinja kebumi, terasa bumi itu mengeram dibawah kakinja. Mengawanlah ia keangkasa.
Wajang itu diudjudkan sebagai terbang, jalah didjalankan, dari kanan kekiri, dibagian kelir atas sementara kali, lalu ditjatjakkan, ibarat berhenti diatas awan, dan dalang bertjerita pula:
Tersebutlah Raden Gatotkatja telah mengawan, setiba diangkasa terasa sebagai mengindjak daratan, menjelam diawan biru, mengisah awan dihadapannja dan tertutuplah oleh awan dibelakangnja, samar-samar tertampak ia dipandangan orang. Sinar pakaian Gatotkatja jang kena sinar matahari sebagai kilat memburunja. Maka berhentilah kesatria Pringgadani diawan melintang, menghadap pada awan jang lain dengan melihat kekanan dan kekiri. Setelah hening pemandangan Gatotkatja, turunlah ia dari angkasa menudju kebumi.
Adipati Karna waktu perang Beratajuda berperang tanding melawan Gatotkatja. Karna melepaskan sendjata kunta Widjajadanu, kenalah Gatotkatja dengan sendjata itu diarah pusatnja. Setelah Gatotkaja kena panah itu djatuhlah Gatotkatja dari angkasa mendjatuhi kereta kendaraan Karna, hingga hantjur lebur kereta itu.
Tersebut dalam tjerita, Raden Gatotkatja seorang kesateria jang tak pernah bersolek, hanja berpakaian bersahadja, djauh dari pada wanita.
Tetapi setelah Gatotkatja melihat puteri Raden Ardjuna, Dewi Pregiwa, waktu diiring oleh Raden Angkawidjaja, Raden Gatotkatja djatuh berahi, ketarik hati Gatotkatja lantaran melihat puteri itu bertjambang dan berhias serba bersahadja.
Berubah tingkah Raden Gatotkatja ini, diketahui oleh ibunja (Dewi Arimbi) dengan sukatjita dan menuruti segala permintaan Raden Gatotkatja. Kemudian puteri ini diperisteri Raden Gatotkatja.

2. Cara mengatasi globalisasi


cara-cara menghadapi era globalisasi

1. menyaring budaya-budaya asing yang masuk ke negara kita harus yang sesuai dengan kepribadian bangsa.
2. mencintai atau membeli produk dalam negeri sendiri.
3. meningkatkan produksi dalam negeri agar dapat bersaing dengan produksi negara-negara maju.
4. berusaha mengikuti perkembangan iptek.
5. tidak bergaya hidup bermewah-mewahan.
6. meningkatkan iman dan takwa pada Tuhan YME.

1. Perdukunan di Era Globalisasi



Perdukunan di Indonesia memang sudah lama ada sejak zaman dahulu nenek moyang kita,baik untuk modus mengobati penyakit atau pun untuk memperoleh kekayaan. Perdukunan merupakan suatu praktek yang biasa disebut dengan praktek penipuan secara jalan yang halus,karena mereka melakukan hal tersebut dengan cara merayu sehingga tanpa sadar kita pun bisa mengikuti perkataan apa saja yang telah diucapkannya, maka tidak heran banyak orang yang tertipu oleh praktek perdukunan, Namun seiring dengan maju nya masyarakat kita di Zaman era globalisasi ini hal mengenai perdukunan bisa lebih dicerna oleh pikiran masyarakat zaman sekarang dimana masyarakat kita sekarang lebih kritis tentang hal-hal yang kurang bisa masuk diakal, mereka lebih memilih untuk tidak mengikuti hal ini. Tetapi memang tidak dapat dihindari bahwa ada juga masyarakat kita yang tertipu daya oleh praktek perdukunan, Mereka yang mengikuti ini biasa lebih cenderung memikirkan kehidupan yang hanya ada didunia saja tanpa memikirkan kehidupan di akhirat dimana kehidupan diakhirat tentu saja kehidupan yang kekal abadi. Selain itu  kurangnya ketakutan terhadap Sang Pencipta, keimanan yang berada pada masyarakat kita sangat menurun rasa keagamaan yang kurang kuat dapat membuat orang mudah untuk dipengaruhi untuk mengikuti kegiatan ini. Siapa pun itu sesungguhnya hal ini telah dilarang oleh agama, karena jika didalam agama islam kita sudah percaya terhadap hal seperti perdukunan tentu saja ini merupakan syirik dan syirik itu sangat dibenci oleh ALLAH  dan tentu saja karena sudah menduakan ALLAH dan dosanya tidak akan terampuni, Untuk itu tempuhlah jalan yang  sebaiknya lebih diridhoi oleh ALLAH, jika jalan halal saja ada kenapa harus memilih jalan ini.